Judul Presentasi: Pola Asuh Anak ynag Mempengaruhi Fitrah Seksualitas
Presenter: Novi Yani Suwitaningrum, Ajeng Ertaningtyas, Siti Suryanti
Waktu: Senin, 28 Mei 2018
Hari ini Yasmine belajar untuk spent right lagi dengan saya saat jajan di warung belakang rumah.
Dengan uang 1000 rupiah, dia harus benar-benar memikirkan jenis jajanan apa yang diinginkan.
Beli jajan dengan harga lebih dari 1000 jelas tidak boleh. Setelah mikir lama, akhirnya dia pun memilih 3 butir permen dengan harga 500 rupiah saja.
Bahasan cerdas finansial ini sebenarnya cukup berat untuk saya. Saya pun belum bisa melatih Yasmine untuk menabung.
Yang terus saya lakukan untuk Yasmine masih seputar mengenalkan dia pada tempat menyimpan uang, mengajarkan dia untuk bersabar saat kami belum bisa membelikan apa yang dia inginkan, dan mengajarkan ucapan syukur kepada Allah atas rezeki yang sudah diberikan.
Karena Yasmine terkadang belum bisa merespon ucapan saya atau pun suami, maka terkadang kami pikir dia belum terlalu paham.
Tapi ternyata, kemarin saat Yasmine dapat rezeki diberi uang 10ribu dari budenya dia pun langsung memberikan uang tsb kepada saya untuk disimpan. Dan tidak lupa mengucapkan terimakasih.
Huhu, ternyata saya masih sering meremehkan kemampuan anak ya.
"Kata jangan dan tidak boleh untuk yang diharamkan, terlarang, dan berbahaya."
Musim hujan seperti ini, kata "jangan" tampaknya jadi lebih sering muncul dari lisan mbah uti untuk Yasmine.
Apalagi saat melihat Yasmine dengan lincahnya berlarian melewati teras yang basah menuju ke area cuci untuk membuka keran dan membersihkan tangannya karena coklat better yang baru saja habis dimakan.
"Ibu ngilu, takut jatuh" Kata mbah uti kepadaku, ada sedikit nada mendesak yang tersirat untuk menghentikan polah Yasmine.
Saya hanya tersenyum menanggapinya dan berkata pada Yasmine untuk lebih berhati-hati dan memperhatikan langkahnya.
Cukup. Tidak ada larangan yang terucap, karena memang mencuci tangan sendiri bukanlah hal yang diharamkan, terlarang, dan berbahaya.
Beberapa hari yang lalu, disebuah forum online ada seorang ibu yang mengutarakan ketidaksetujuannya akan metode parenting yang tidak membolehkan orangtua mengucap kata larangan "jangan" kepada anak-anaknya.
Dan saya pun cukup tergelitik, karena tidak sepenuhnya setuju juga dengan penekanan metode tersebut.
"Ya bunayya, laa tusyrik billah." Ucap Luqman pada anaknya kala itu, yang diabadikan oleh Allah dalam AlQuran, untuk digunakan sebagai petunjuk yang jelas bagi semua orangtua muslim dalam mendidik anak-anaknya.
Jelas tertulis disana, larangan menyekutukan Allah dengan dzat lainnya. Karena hanya Allah, Rabbul Al amin yang satu-satunya di sembah oleh semua mahluk di bumi maupun langit.
Jelas pula diceritakan disana, seorang Luqman menggunakan kata "jangan" sebagai perintah sekaligus larangan untuk anaknya demi keselamatan dunia dan akhirat.
Lalu ketika Allah mengabadikan sebuah larangan dengan kata jangan, dari seorang ayah yang beriman, maka tidak pantas bagi saya untuk menghilangkan kata tersebut dalam pola pengasuhan anak sehari-hari.
Tapi, kapan seharusnya dua kata itu harus diucapkan kepada anak?
Cukup lama bagi saya untuk mengerti hakikat masalah ini.
Sampai akhirnya saya sampai ada pemikiran:
"Kata jangan dan tidak boleh untuk yang diharamkan, terlarang, dan berbahaya."
Diharamkan oleh syari'at islam. Terlarang dalam artian melanggar norma-norma dan undang-undang yang berlaku. Dan berbahaya, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lkain.
Selainnya, semua adalah proses belajar yang tidak perlu dilarang, cukup diarahkan dengan memilih kata-kata yang memberi solusi dan positif.
Jadi, itulah kenapa saya tidak menuruti desakan ibu mertua untuk menghentikan langkah Yasmine. Karena bisa saja teriakan "jangan" dari lisan saya yang disertai sedikit emosi, menjadi penghambat proses belajarnya.
Pun ketika Yasmine terlihat ingin sekali bermain genangan air di depan rumah selepas hujan kemarin sore
Tidak ada alasan untuk saya melarang keinginannya belajar merasakan percikan air disela-sela jari kakinya, bukan?
Atau saat dia mulai menarik kursi plastik yang biasa digunakan sebagai alat bantu berdiri, agar bisa mencuci piring di keran dapur. Aduh, tak tega rasanya membentak dan menghentikan aksinya.
Ternyata banyak sekali proses belajar yang Yasmine lakukan hari ini, karena saya menahan diri untuk berkata " jangan dan tidak boleh".
Tapi pengalaman kemarin, memang berbeda dengan kejadian beberapa hari yang lalu saat Yasmine mulai marah-marah dan terlihat ingin memukul ayahnya.
Hari itu dengan tegas saya berkata "Jangan memukul orangtua ya, Yasmine. Allah melarang." Atau saat dia dengan rasa penasaran dan keaktifannya mencoba melongok dengan menaiki bak air kamar mandi, yang bisa saja membahayakan dirinya. Saat itu, saya pun berkata "Jangan ya, Yasmine. Itu berbahaya."
Dan, ternyata larangan pun bisa menjadi proses belajar, jika setelahnya saya memberikan alasan yang jelas.
*****
"Ibu, amish laper, mau masak telur." Ucap Yasmine dengan bahasa bayinya yang belum sempurna, sambil memegang sebutir telur yang dia ambil sendiri dari kulkas. Sementara mbah uti hanya melihat dari jauh dan menggelengkan kepala. Hanya batita jaman now yang mau masak sendiri, mungkin begitu pikir beliau.
Dan saya pun tertawa, lalu dengan semangat menjawabnya. "Yasmine mau telor dadar? Ayo kita masak bareng!"
#KelasMenulisCeritaAnak
#KelasMCA
Hari ini saya dan Yasmine kerumah sepupunya Yasmine lagi. Seperti biasa, karena tetangga rumah memiliki mini market Yasmine pun meminta jajan lagi.
Kali ini saya membolehkan, dan memberi batasan lagi; hanya dua ribu rupiah. Tapi rupanya setelah dia jajan sendiri, kakak sepupunya yang baru saja pulang sekolah mengajaknya untuk jajan lagi. Aduuh.. akhirnya saya pun mencoba mengingatkan Yasmine kembali dengan jajanan yang baru saja dibelinya.
Selain itu, mbah kungnya hari ini membelikan Yasmine 2 batang coklat silverqueen. Saya pun menyuruhnya untuk berterimakasih. Mengucapkan syukur dan membagi coklatnya dengan kakak sepupunya.
Saat akan pulang ke rumah budenya pun memberikan uang, dan kemudian Yasmine saya ingatkan untuk menyimpannya di saku. Namun, karena bajunya Yasmine tidak memiliki saku, saya beritahu dia untuk menyimpannya di saku baju saya. :)
Beberapa hari lalu, Yasmine ingin sekali minum susu. Tapi, susu yang di rumah ternyata habis dan akhirnya kami bertiga ke supermarket.
Disana ternyata ada etalase mainan yang sangat menarik Yasmine. Dia pun bolak-balik merengek minta dibelikan.
Akhirnya pelan-pelan saya beritahu dia bahwa kita belum punya budget untuk membeli mainan hari itu. Dan berjanji akan membelikannya bulan depan, yang berarti saya harus mengumpulkan uang dan menyiapkan budget khusus mainan.
Alhamdulillah, Yasmine mengerti dan mau membeli barang sesuai kebutuhannya.
Salah satu tantangan kalau kami sedang berkunjung ke rumah mbahnya Yasmine adalah bagaimana caranya agar Yasmine tidak bolak-balik jajan ke minimarket yang dekat dengan rumah.
Ditambah lagi, kakak sepupunya sangat suka jajan. Kadang, Yasmine pun terbawa arus.
Siang ini Yasmine mulai merengek minta jajan. Tapi dengan tegas dan diberi pengertian bahwa hari ini jajannya hanya cukup sekali dia pun setuju.
Terkadang cara yang lebih ampuh adlah, sebelum berangkat ke warung/minimarket saya tanya dulu dia ingin beli apa dan menegaskan hanya 1 barang/jajanan saja.
Alhasil tiap pergi jajan pun, dia hanya memilih yang dia mau.
Weekend lalu, rumah kami kedatangan mbah buyutnya Yasmine dari purworejo. Mereka berkunjung dengan tujuan menjenguk kerabat lain di daerah Batang. Kemudian, hari senin mba buyut putri dan mbah kakung memutuskan untuk pulang.
Ternyata, saat salaman dan pamit dengan mbah buyut putri, Yasmine kebagian "salam tempel" dan dia pun langsung bilang "duit.. duit.." :D
Yasmine memang sudah mengenal "duit" walaupun masih belum paham apa fungsinya dan nominalnya.
Karena melihat Yasmine senang mendapatkan uang, saya pun mengajaknya untuk mengucap Alhamdulillah, sebagai bentuk syukur kepada Allah sang Maha Pemberi Rezeki. Setelah sebelumnya saya suruh dia untuk bilang terimakasih kepada mbah buyut yang sudah memberikan uang.
Mengucap kalimat Alhamdulillah selalu saya ajarkan kepada Yasmine tiap dia mendapatkan sesuatu baik itu berbentuk real (uang, mainan) ataupun jasa (ditolong orang dll), atau selesai melakukan sesuatu. Saya berharap, dia menjadi lebih paham dengan konsep Allah yang memberikan rezeki dalam bentuk apapun
Sekarang ini saya diamanahi menjadi koordinator ibu profesional Semarang sebagai PJ desain, selain itu saya pun masih belajar di level 7 kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional.
Saya sendiri adalah member Ibu Profesional yang berdomisili di kabupaten Pekalongan.
Sejauh ini, lebih dari satu tahun saya bergabung di komunitas Ibu Profesional saya belum pernah menemukan peserta lain yang saya kenal ataupun teman-teman masa lalu saya di SMA yang kini telah menjadi ibu. Disini, lebih banyak member yang berdomisili di Kota daripada Kabupaten.
Terkadang, ada juga teman yang bertanya kepada saya apa itu komunitas Ibu Profesional dan apa yang dipelajari disana. Tapi entah kenapa, hanya sedikit yang tergerak hatinya untuk ikut serta menimba ilmu di IIP ini. Padahal bagi saya pribadi, Ibu Profesional adalah salah satu wadah yang banyak mengalirkan ilmu Allah seputar keluarga dan parenting ke dalam gelas kosong pemikiran saya.
Keengganan untuk belajar ilmu parenting dan self enhancement bagi para ibu-ibu muda disekitar saya ini adalah tantangan. Mungkin, mereka memang belum tahu bahwa sebagai ibu, merekalah tonggak harapan peradaban bangsa ini. Mungkin mereka belum sadar, bahwa mereka membawa misi penting memperbaiki generasi selanjutnya.
Dan sekarang ini, tantangan yang sangat nyata adalah bagaimana mengajak mereka untuk ikut bergabung ke komunitas ini demi kebaikan masing-masing.
Selaras dengan bakat yang Allah instal ke ruh saya, salah satunya adalah potensi sebagai caretaker-kemampuan untuk melayani dan merawat serta potensi sebagai creator dan designer-kemampuan untuk menelurkan ide-ide kreatif dan membuat sesuatu. Saya pikir, saya bisa membuat beragam infografis untuk saya share di akun-akun media sosial saya, guna menjadi penyemangat teman-teman yang melihatnya.
Dan karena bakat pemberian inilah, Allah mempertemukan saya dengan komunitas Ibu Profesional dan mengamanahi saya sebagai PJ Desain.
Selanjutnya, dengan bakat dan ilmu yang diperoleh di komunitas Ibu Profesional, saya akan lebih sering menggunakannya untuk berbagi ilmu dengan cara menyenangkan. Berbagi ilmu, info, dan quote inspiratif dalam bentuk infografis yang bisa di share siapapu kapanpun.
kalimat di surat itu adalah : pembawaan masing-masing.
Maksudnya adalah keunikan diri, dan bakat adalah salah satu bagiannya
Masyaallah, ternyata bakat itu adalah murni karunia Allah.
Bakat itu alami Allah berikan, Allah install bersama dengan ditiupnya ruh ketika kita masih janin.
Namun seringkali orang tua, atau guru, atau lingkungan, atau sistem pendidikan, atau zaman, yang membunuh perkembangan bakat itu.
Maka lahirlah orang orang dewasa yang bingung dengan dirinya.
chef yasmine |
Alhamdulillah, adonannya terselamatkan setelah diguyur air 😅 |