Friday, June 30, 2017

Aliran Rasa #1 Komunikasi Produktif

Ini adalah yang saya rasakan setelah belajar komprod dan mengamalkannya di kehidupan sehari-hari.

Bagaimana komprod benar-benar mengubah cara saya berkomunikasi dengan anak dan pasangan.
Semoga bermanfaat 😊


Friday, June 23, 2017

Resep Nastar Keluarga

Mendekati lebaran kaya gini, biasanya banyak ibu-ibu yang mulai cari-cari kue kering nih.

Tapi, daripada beli bagaimana kalau lebaran tahun ini kue keringnya bikin sendiri? Hitung-hitung melatih skill baking kita. Selain itu, baking sendiri hasilnya lebih banyak dan lebih “marem” lah. 😁

Lebaran kali ini sama seperti tahun sebelumnya, saya membuat nastar, karena orang-orang di rumah, terutama suami saya paling doyan sama kue kering ini.
Nah, kali ini saya ingin berbagi resep nastar yang empuk dan enak banget loh. Resep ini versi saya yang diambil dari berbagai resep acuan yang saya pakai. 

Mumpung lebaran masih dua hari lagi, yuk buat nastar sekarang. Ini resepnya;

Eits, tapi sebelum membuat adonan nastar, kita buat selai nanasnya dulu yuk~
Saya pakai 3 buah nanas madu, hasilnya cukup banyak bisa untuk 3 kali adonan. Lumayan bisa untuk bagi-bagi ke mertua dan kerabat.

Bahan selai nanas;

3 buah nanas madu, parut dengan parutan keju ya. Walaupun lama, tapi hasilnya lebih bagus dibandingkan dengan yang di blender.
100 gram gula pasir. Bisa ditambahkan atau dikurangi sesuai dengan selera masing-masing loh.
1 batang kayu manis
1 sdt garam

Masukkan nanas parut kedalam teflon anti lengket. Masak dengan api kecil-sedang. Tunggu hingga agak panas lalu masukkan gula, garam dan kayu manis.
Aduk-aduk.. Tunggu sampai airnya menguap, aduk terus sampai airnya benar-benar hilang. Setelah itu, dinginkan selai yang sudah jadi, kalu sudah dingin bentuk menjadi bola-bola kecil.

Aduk terus 😂


Sekarang untuk adonan nastarnya ya..

Bahan #1
6 butir telur, pisahkah putihnya ambil kuningnya aja ya
500 gram Blue Band Cake&Cookies. Tau kan, yang khusus untuk kue itu loh.
50 gram gula halus
Bahan #2
160 gram keju Craft, parut
750 gram tepung terigu
1 sachet susu dancow putih
1 bungkus kecil vanili

Cara mengolahnya..
Masukan bahan #1 ke dalam wadah, mixer dengan kecepatan kecil dan sebentaaar aja. Tujuannya biar kecampur doang kok.
Lalu, masukan bahan #2 kedalam bahan #1 yang sudah di mix tadi. Aduk dengan Spatula. Aduk sampai tercampur rata.
Bisa jadi, adonan agak lengket ditangan. Diamkan dulu sebentar.
Lalu, setelah itu bisa langsung di cetak. Jangan lupa, dalamnya kasih selai nanas ya 😉



Agar terlihat lebih cantik, nastar bisa dioles dengan kuning telur yang dicampur madu dan bisa juga ditambahkan cengkeh-cengkeh sebagai hiasannya.
Untuk memanggangnya, panaskan oven dikisaran 150°-180°, panggang hingga kurleb 15-20 menit. Angkat dan dinginkan nastar yang sudah matang, sebelum di masukkan kedalam toples-toples cantik.

Siap dibawa ke mertua 😊


Gimana? Gampang kan bikin nastar?
Kalau buat sendiri, kita bisa bentuk adonannya sesuka hati. Boleh kecil-kecil atau besar.

Kegiatan mencetak nastar juga bisa dilakukan bersama pasangan dan anak. Ga perlu takut hasilnya ga rata, enjoy aja. Sambil tangan bekerja, bisa sambil bertukar pikiran dengan mereka. Semacam family forum yang menyenangkan loh.

Kalau kemarin, saya dibantu oleh suami. Hasil nastarnya luar biasa, ada yang besar sekali dan ada yang kecil. 😂 Tapi seru deh, karena kami bisa menertawakannya bersama-sama.

Tuesday, June 13, 2017

Tantangan Hari ke #10

Sudah memasuki hari ke 12, untuk #tantangan10hari kelas BunSay IIP ini. Alhamdulillah, sudah mulai konsisten menerapkannya pada anak.
Saya banyak belajar untuk menemukan intonasi yang tepat saat berbicara dengan Yasmine, yang ternyata, intonasi dari setiap pesan yang ingin kita sampaikan bisa berbeda-beda.
Kadang Yasmine bisa dengan mudah menangkap informasi yang saya berikan dengan intonasi yang lembut dan setengah berbisik, dan kadang ada pesan yang harus disampaikan dengan intonasi yang tegas.
Saya juga banyak belajar memenggal kalimat2 panjang menjadi kalimat pendek yang efektif untuk Yasmine. Memastikan pesan yang saya sampaikan bisa diterima dengan baik.
Tapi, saya masih harus banyak berlatih komprod ini dengan pasangan. Bisa dibilang saya masih payah menahan ego. Masih susah memperpanjang nalar.
Dan kami masih cukup sering berselisih paham.
Ternyata memang membentuk FoE/FoR kamu dan aku menjadi FoR/FoR kita, tidaklah mudah. Butuh waktu yang tidak sebentar.
Ada banyak hal yang harus saya pelajari; termasuk didalamnya kemampuan menahan emosi.
Saya memang bukan orang yang gampang meledak, saya hanya terlalu perasa. Sehingga, seringnya kesensitifan ini berujung kepada kesalah-pahaman.
Alhamdulillah, kemarin saat kami sedang ngabuburit, sambil berbincang di atas motor, kami bertukar pikiran.
Ternyata suami juga menyadari apa yang selama ini menjadi kekurangan saya dalam berkomunikasi. Dia maklum, tapi tetap harus ada perubahan.
Saya jadi berpikir, bahwa mungkin kami harus lebih banyak menyisihkan waktu untuk bertukar pikiran seperti itu. Membentuk family forum sebagai sarana berkomunikasi produktif. Dan sebagai ajang latihan bagi saya untuk belajar mengutarakan pikiran.
Saya hanya perlu mendiskusikan dengan pasangan kapan waktu yang tepat untuk memulai family forum kami.
Semoga, kedepannya bisa lebih baik.
#tantangan10hari
#day10
#komunikasuproduktif
#kelasbunsayiip

Saturday, June 10, 2017

Tantangan hari ke #9

Dua malam kemarin, kami menginap di rumah ayah dan ibu saya. Disana ada kakak-kakak sepupunya Yasmine, yang juga masih kecil2, hanya beda beberapa tahun saja.
Kalau sedang menginap seperti kemarin, banyak tantangannya karena jadwal keseharian berubah total.
Selain itu Yasmine jadi dua kali lipat aktifnya karena ada teman bermain.
Yasmine yang sedang berkembang konsep kepemilikannya pun, lebih agresif sehingga sering berebutan mainan dengan kakak-kakaknya.
Dengan komunikasi produktif, intonasi yang tepat, dan gerak tubuh yang sesuai, Alhamdulillah banyak tantangan yang bisa teratasi. Tapi tidak sedikit juga yang gagal.
Saya masih harus banyak belajar berkomunikasi untuk menangani Yasmine saat dia merebut mainan kakaknya.
Setiap kali dia merebut/meminta sesuatu dari tangan kakaknya, saya mencoba memberikan pengertian kalau benda tersebut bukan miliknya. Masih agak lama sih, bagi dia untuk memahaminya. Namun setelah paham, Yasmine pasti mengembalikan barangnya.
#level1
#day9
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Thursday, June 8, 2017

Tantangan #8

Yasmine suka sekali nonton serial Upin Ipin di siang hari, dan saya pun memang mengizinkannya sebagai teman makan siang.
Tapi terkadang, kalau ada jalan ceritanya yanh sangat disuka, maka dia pun akan semangat maju sampai dekat sekali menontonnya.
Kalau sudah seperti itu, saya biasa menyuruh duduk kembali ditempatnya semula, dengan kalimat; "yasmine jangan begitu nontonnya, ayok duduk disini." Tapi seringnya, cara ini kurang berhasil. Harus 2-3 kali diberitahu, baru dia akan kembali duduk.
Kemarin malam, saat Yasmine sedang menonton upin ipin lagi, dia kembali maju dan berdiri di depan tv. Mbah2nya dan ayahnya pun sampai ikutan memberitahu Yasmine untuk mundur dan duduk, tapi dia tetap saja berdiri diposisi tersebut. Sampai akhirnya, saya coba dengan metode KISS dan 7-38-55. Saya panggil namanya terlebih dahulu, untuk mendapatkan perhatiannya lalu kemudian saya sampaikan pesannya dengan sederhana;
"Yasmine." *dengan intonasi yang menarik perhatiannya, dia pun nengok*
"Mundur kesini yuk.." *sambil melambaikan tangan, yasmine pun langsung datang*
"Nah, sekarang duduk disini ya" *lalu dia pun duduk*
Setelah dia duduk tenang, saya pun memberinya pesan tambahan bahwa jika menonton tv maka harus dari jarak yang cukup aman untuk penglihatan dan lebih baik duduk.
Sekarang saya jadi sedikit paham, bagaimana otak anak kecil bekerja setelah berulang kali mencoba metode KISS ini. Informasi dan pesan yang ingin kita sampaikan untuk anak, lebih baik memang dipotong-potong, tidak menjadi satu kesatuan yang kompleks. Dan yang paling penting sebelum berkomunikasi dengan mereka, pastikan kita mendapatkan perhatiannya secara penuh, karena setelah anak fokus dengan lawan bicara, maka pesan apapun untuknya pasti bisa ditangkap dengan baik.
#level1
#day8
#tantangan10hari
#kuliahbunsayiip
#komunikasiproduktif

Wednesday, June 7, 2017

Choose the Right Time

Siang hari ini tiba-tiba saya agak kurang enak badan. Rasanya punggung berat, mungkin masuk angin.
Kalau begini, pengen banget tiduran dan dipijetin suami, tapi begitu lihat dia kecapekan habis pulang kerja rasanya kok ga tega juga ya..
Akhirnya, saya tahan-tahan juga rasa pegelnya. Sambil sedikit-sedikit kasih kode ke suami dengan omongan; "aduh kok berat banget ya punggungnya."
Dan seperti yang sudah diduga, dia tetep aja cuek.
Yah sudahlah, selain waktunya yang kurang tepat, tampaknya saya juga tidak jelas memberitahu maksud dari kode rahasia tersebut adalah bahwa saya minta dipijetin.
Akhirnya, saya pun kembali mengutarakan keinginan ketika waktunya sudah tepat; yaitu setelah berbuka puasa. Ketika dia sudah melaksanakan kewajiban ibadah dan terlihat lebih fresh dan santai; bahwa saya ingin sekali loh dipijetin plus dikerokin, karena masuk angin.
Dan, seperti biasanya, dia pun akhirnya dengan senang hati membantu saya.
Ternyata benar ya, ketika kita ingin menyampaikan sesuatu, pilihlah waktu yang tepat. Choose the right time.
Bayangkan kalo saya tiba-tiba merajuk minta pijet saat dia sedang capek2nya baru pulang kerja ditambah kondisinya yang lemas karena berpuasa. Bisa saja saya mengacaukan moodnya. Walaupun suami tetap akan membantu saya, tapi siang tadi bukanlah waktu yang tepat.
Bagi saya hari ini, indikator choose the right time sama saja dengan menekan ego sendiri. Menekan keinginan untuk diperhatikan terlebih dahulu oleh pasangan, padahal saya sendiri kurang memperhatikannya.
Walaupun saya kurang enak badan, saya harus sedikit bersabar, toh saya pun tidak berpuasa hari ini. Bandingkan dengan kondisi pasangan yang lebih lelah walaupun lebih sehat.
Dan hari ini, saya pun jadi belajar untuk mengendalikan ego.
#level1
#day7
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Tuesday, June 6, 2017

Belajar memahami

Akhir-akhir ini Yasmine sedang suka sekali dengan animasi Frozen dan soundtracknya yang berjudul “do you wanna build a snowman?” juga Princess Sofia, karena saya pernah memperlihatkannya. Dia pun suka meniru gerakan-gerakan di lagu tersebut. Imbasnya, setiap memakai baju, dia akan memilih dress atau rok. Sehingga dia bisa bergaya berputar-putar hingga roknya mengembang.

Hari ini saya sama sekali lupa dengan kesukaannya tersebut. Sehabis mandi pagi, saya pun memilihkan baju untuknya berupa kaos dengan celana, karena pakaian jenis ini lebih nyaman untuk anak2 yang cukup aktif.
Dalam memilih pakaian main untuk anak, saya selalu teringat cerita Toto Chan, pak Kobayashi yang selalu menyuruh para orangtua untuk memakaikan anak2 mereka pakaian yang paling usang agar tidak takut kotor dan robek saat bereksplorasi. Saya merasa dengan meniru prinsip pak Kobayashi akan sama bagus hasilnya jika diterapkan untuk Yasmine.

Tapi rupanya, hari ini, apa yang saya pikirkan dan apa yang Yasmine inginkan berbeda jauh. Alhasil, karena melihat baju yang saya pilihkan tidak sesuai dengan keinginannya dia pun marah besar dan mulai menangis

Akhirnya, pagi ini saya pun mencoba memahami kembali jiwa anak saya sendiri. Mencoba mengenali kembali anak berumur 2 tahun ini, apa keinginannya dan apa kebutuhanya. Dan kembali menyadari bahwa dia bukanlah saya, dan bahwa kami memiliki pemikiran yang berbeda.

Menyadari bahwa setiap pribadi itu unik adalah salah satu langkah kita untuk bisa berkomunikasi secara baik dengan anak.
Walaupun terlahir dari rahim saya, Yasmine bukanlah saya. Dia memiliki keinginan yang berbeda, dan masalah tersebut semakin terasa di usianya yang sekarang ini. Ketika pemahamannya sudah berkembang, dan belajar banyak hal.

Kemudian, pada akhirmya saya pun memperbolehkannya memilih sendiri baju yang dia suka lalu memuji pilihannya tersebut.





#level1
#day6
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Monday, June 5, 2017

Tantangan hari ke #5; memakai sandal

Di hari kelima ini, komunikasi antar saya dengan Yasmine sudah berjalan cukup baik.
Yasmine juga semakin mudah diajak kerjasama merapikan mainan dll. Masih ada sedikit kendala sih dengan sikat gigi.

Selain itu, tadi pagi Yasmine dan saya sempat berjalan-jalan sebentar. Sebelum berangkat, saya menyuruhnya untuk memakai sandalnya sendiri. Yasmine ini, kalau membuka sandal sudah bisa, tapi kalau memakai sandal kadang masih perlu bantuan.

Kebetulan, sandal yang saya berikan bukan yang model slipper seperti biasanya, melainkan yang ada model penahan tumitnya. Jadi dia memiliki kendala saat makainya.
Bisa dibilang, Yasmine tipe anak yang agak kurang sabar. Kalau mengadapi kendala saat memakai sandal ataupun melepas baju, dia akan berteriak-teriak minta tolong.

Saya pun mencoba menyemangatinya dengan intonasi yang lembut. Kemudian setelah itu dia mencobanya lagi, saya pun akhirnya menawarkan bantuan ketika dia mulai terlihat frustasi karena kakinya belum bisa masuk juga kedalam sandalnya.

Alhamdulillah, dengan komunikasi yang produktif dan bantuan yang tidak tergesa-gesa diberikan saat anak sedang mencoba mengeksplor kemampuannya, akhirnya kakinya pun bisa masuk kedalam sandal.

Tampaknya saya harus fokus untuk melatih kesabarannya. 😊






#level1
#day5
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Sunday, June 4, 2017

Tantangan hari #4; Sikat Gigi

Hampir setiap hari saya menghadapi masalah bujuk-membujuk dalam urusan sikat gigi dengan Yasmine. Kadang dia enjoy aja diajak sikat gigi, tapi ada juga waktunya dia benar2 tidak mau buka mulut, atau baru buka mulut sebentar sudah disambung rontaan dan tangisan.
Disitu kadang hilang kesabaran juga sih 😓😔. Ada keinginan ambil jalan enaknya aja; tidak perlu gosok gigi, tapi kalau tidak dirutinkan dari sekarang, kapan lagi?
Gosok gigi sama halnya dengan mandi, menggunting kuku, mencuci tangan; berkaitan dengan kebersihan, kesehatan, dan merawat diri sendiri. Nilai-nilai yang harus ditanamkan sejak dini. Penting, karena sampai dia dewasa kelak nilai2 ini akan berguna terus dimanapun dia berada. Bisa sih diajarkan nanti ketika sudah agak besar, tapi pasti giginya sudah karies parah, dan namanya bukan lagi merawat diri, tapi mengobati.
Nah karena itulah, walaupun harus berjibaku dengan keribetan didalam kamar mandi perihal gosok gigi setiap pagi dan sore, saya coba membujuk Yasmine dengan berbagai macam cara.
Sudah seminggu lebih dikit lah, sejak dia mulai mogok sikat gigi lagi. Hari ini saya coba dengan kaidah 7-38-55.
Intonasi suara saya buat selembut mungkin, gesture tubuh pun diusahakan tidak terlalu keras memaksanya.
Dan hasilnya? Gagal total sodara- sodara..😂
Setelah diselidiki, ternyata Yasmine sedang tumbuh gigi geraham belakang dan taring bawah. Mungkin itu sebabnya ya dia malas sikat gigi.
Dari sinilah saya jadi menyimpulkan, bahwa terkadang praktek tidak semulus teorinya. Ada banyak faktor yang membuat kita berhasil mengamalkan suatu ilmu dalam satu kali percobaan. Kehendak Allah, jelas itu yang pertama, faktor lainnya kita sendiri yang harus mencari dan “membacanya”.
Tapi faktor2 tersebut ada, pasti dengan membawa suatu pesan. Dan saya yakin, tumbuh gigi ini adalah satu pesan dari Allah bahwa saya harus lebih bersabar. Harus belajar lebih sabar.
Karena memang tidak semua jalan itu mulus, kan? Pasti ada saja yang berliku.

===============================

Kalau untuk urusan merapikan mainan dan bukunya di rak, Alhamdulillah Yasmine banyak kemajuannya. Hanya sekali ajakan, dia langsung melakukannya.
Acara beres-beres ini biasa kami lakukan sebelum tidur. Hari ini dia merapikan mainan lego, puzzle, dan buku-buku.
Ada kejadian yang tidak disangka juga tadi sore sepulang ngabuburit bersama ayah. Seketika sampai di rumah, Yasmine tanpa disuruh mulai melepas sandalnya sendiri dan menyimpan jilbabnya kedalam lemari baju. Masyaallah.




#level1
#day4
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Saturday, June 3, 2017

Tantangan hari ketiga


Selain menggunakan metode KISS, ketika berkomunikasi dengan anak, kita juga harus memperhatikan intonasi suara dan bahasa tubuh. Agar mereka lebih mudah menangkap pesan-pesan yang disampaikan.
Kaidah 7-38-55
“Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi.
Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).” -Materi kelas Bunda Sayang-
Hari ini saya banyak mengajak Yasmine beres-beres; mulai dari membuang sampah plastik bekas snacknya, membereskan alat tulis yang berserakan, sampai menaruh kembali buku-buku yang sudah selesai kami baca.
Disini saya menggunakan kata “mengajak” bukan “menyuruh”, karena anak seumuran Yasmine memang harus diberi contoh sebelum dia bisa melakukannya sendiri.
Awalnya saya akan menggandeng tangannya untuk memberitahu di mana tempat sampah berada, lalu mencontoh kan cara membuangnya. Dengan bahasa yang efektif, intonasi yang menyenangkan, dan bahasa tubuh yang tepat, Insyaallah Yasmine bisa merekam informasi itu dengan baik di memorinya.
Begitupun saat memasukan alat tulis kedalam wadahnya dan merapikan buku ke dalam rak pertama-tama saya akan memberi tahu dulu bagaimana caranya. Lalu kemudian saya biarkan dia melakukannya sendiri. Walaupun terkadang yang dirapikan malah semakin terlihat tidak rapi sih 😂. Tapi tidak apa-apa, itu namanya proses belajar. 😉
Alhamdulillah, hari ini terlihat cukup baik perkembangannya. Seperti malam ini saat Yasmine saya tinggal shalat, sementara dia saya beri beberapa buku untuk dibaca-baca. Ketika shalat selesai, saya lihat dia sedang sibuk merapikan buku2nya sendiri ke rak tanpa perlu saya “ajak” membereskannya terlebih dulu.Masyaallah. 😍


#level1
#day3
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip 

Friday, June 2, 2017

Make it Clear 😃

Bulan Ramadhan ini jadwal keseharian saya sebagai ibu rumah tangga berubah total. Jadwal2 dinamis di siang hari yang biasa saya lakukan, saya geser semua ke malam hari. Hal ini untuk meningkatkan kualitas puasa wajib dan ibadah sunnah Ramadhan saya, sekaligus mampu membersamai Yasmine tanpa khawatir lemas dan capek .
Alhasil, pekerjaan rumah tangga di malam hari menumpuk.  Saya harus kejar-kejaran antara menidurkan anak, ibadah, mencuci piring dan baju, juga membereskan baju-baju bersih yang sudah kering agar siap disetrika keesokan harinya.
Ditengah ke-riweuh-an tersebut, kadang saya suka sebel juga melihat pasangan bisa beribadah dengan tenang, dan melakukan aktivitasnya sendiri tanpa bersusah payah menawarkan bantuannya yang sangat saya perlukan itu. 
Namun, setelah tahu prinsip komunikasi produktif, dan menyadari bahwa kami memiliki FoR (Frame of Reference: pandangan hidup sesorang yang didapat dari lingkungannya) dan FoE (Frame of Experience: pengalaman hidup yang membentuk karakter) yang berbeda-karena kita dibesarkan di keluarga yang jauh berbeda pula gaya hidupnya-maka semalam saya pun maklum dan mulai menerapkan komunikasi ptoduktif dengannya menggunakan kaidah Clear and Clarify.
Pertama-tama yang saya lakukan adalah memperpanjang nalar terlebih dahulu agar emosi stabil. Karena seperti materi bunsay yang saya baca beberapa hari lalu, Nalar pendek akan menghasilkan emosi tinggi, sementara Nalar panjang akan menstabilkan emosi.
Setelah saya bisa meredam emosi, maka saya melemparkan pertanyaan kepada suami; “Sayang, bisa minta tolong ga?” Jenis pertanyaan seperti ini rupanya berhasil membuat pasangan menghentikan aktivitasnya, dan menjawab pertanyaan saya dengan bertanya kembali (clarify) hal apa yang bisa dilakukannya untuk menolong saya.
Lalu, kemudian saya pun menyampaikan pesan secara jelas (clear) bahwa saya butuh bantuannya untuk turut serta merapikan piring-piring bersih dan baju-baju kering, dan tentu saja dengan senang hati dia melakukannya. 
Lalu saya menyadari, suami ternyata bukan tidak memiliki keinginan membantu, hanya saja dia memiliki FoR/FoE yang membuat dia harus mendapatkan informasi yang jelas terlebih dahulu untuk melakukan sesuatu. Padahal, ketika dia sudah paham akan kebutuhan sang istri, dia akan senang hati dan ikhlas membantu. Berarti, memang sudah seharusnya saya-sebagai lawan bicaranya-menggunakan kalimat-kalimat efektif. Tidak memakai kode-kode atau bahkan kontak batin untuk sekedar minta dibantu. Bagaimanapun juga, pasangan saya memang bukanlah ahli nujum, yang tahu keinginan istrinya berdasarkan pergerakan bulan dan bintang .
Di usia pernikahan kami yang baru saja memasuki tahun ke-3 ini, FoR/FoE saya dan dia memang masih terasa sekali perbedaannya, insyaallah dengan terus berlatih komunikasi produktif dan memerpanjang nalar maka suatu saat;
FoR /FoE ku dan FoR/FoE mu, akan perlahan-lahan (namun pasti) menjadiFoR/FoE kita
===============================
Untuk Yasmine, tadi pagi ketika saya sedang menyapu dan ingin dia untuk pindah tempat duduk, saya coba lagi berkomunikasi produktif memakai metode KISS. Alih-alih menyuruhnya langsung pindah, saya mencoba menyuruhnya untuk berdiri terlebih dahulu, lalu setelah dia berhasil melakukannya, saya tambahkan informasi untuknya agar dia pindah duduk di atas karpet. Alhamdulillah, cara ini tidak pernah mengecewakan. 
#level1
#day2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Thursday, June 1, 2017

Keep It Short and Simple

Selama ini, saya memang cukup sering menyampaikan pesan kepada Yasmine dengan bahasa yang kompleks, panjang dan saling menumpuk, jenis komunikasi yang tidak produktif, sehingga tidak jarang Yasmine pun tidak menangkap isi pesan yang saya sampaikan dan apa yang saya ingin dia lakukan.
Contohnya, ketika saya ingin mengajarkan dia untuk duduk ketika minum sesuai anjuran sunnah Rasulullah sallahu’alaihi wassalam, saya menggunakan kalimat panjang seperti;
“Yasmine, kalau mau minum itu sunnahnya duduk dan pakai tangan kanan, jangan berdiri kaya gitu dong.”
dan bisa dipastikan, kalimat tersebut sama sekali tidak memberi pengaruh apa-apa. Karena memang bahasa yang digunakan terlalu kompleks untuk anak 2 tahun.
Coba bayangkan ya, anak yang masih tertatih-tatih belajar bicara, sudah mendengar kalimat perintah majemuk seperti itu. Pasti cukup susah baginya merima informasi yang disampaikan.
Alhamdulillah, dapat ilmu baru tentang metode KISS ini dari kelas Bunsay, saya pun mencobanya untuk tantangan hari #1.
KISS sendiri adalah kependekan dari Keep It Short and Simple. Dimana kita, sebagai lawan bicara anak menggunakan kalimat tunggal yang pendek dan sederhana tapi mengena.
Nah dihari #1 saya mencoba mengganti kalimat perintahnya agar terbentuk komunikasi produktif, menjadi;
“Yasmine, kalo minum itu sunnahnya duduk loh, yuk duduk dulu.”
dan taraaa~ Alhamdulillah ternyata Yasmine cepat menangkap pesan tersebut dan langsung duduk. Kemudian setelah satu pesan tertangkap dan dia sudah sukses mengerjakannya, barulah saya mengutarakan satu pesan lagi;
“terus minumnya pakai tangan kanan juga ya.”
dan lagi-lagi berhasil 😍.
Metode KISS ini akan saya coba terapkan selama 10 hari, untuk melatih kedisplinan Yasmine dan practical life skill yang sesuai dengan umurnya.
Ternyata memang benar ya, tidak semua pesan baik bisa tersampaikan jika caranya tidak tepat.
Kita harus mencari tahu dulu, siapa lawan bicara kita dan latar belakang mereka.
Mari kita belajar memahami terlebih dahulu, sebelum menggurui. 😊
#level1
#day1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip