Friday, June 2, 2017

Make it Clear 😃

Bulan Ramadhan ini jadwal keseharian saya sebagai ibu rumah tangga berubah total. Jadwal2 dinamis di siang hari yang biasa saya lakukan, saya geser semua ke malam hari. Hal ini untuk meningkatkan kualitas puasa wajib dan ibadah sunnah Ramadhan saya, sekaligus mampu membersamai Yasmine tanpa khawatir lemas dan capek .
Alhasil, pekerjaan rumah tangga di malam hari menumpuk.  Saya harus kejar-kejaran antara menidurkan anak, ibadah, mencuci piring dan baju, juga membereskan baju-baju bersih yang sudah kering agar siap disetrika keesokan harinya.
Ditengah ke-riweuh-an tersebut, kadang saya suka sebel juga melihat pasangan bisa beribadah dengan tenang, dan melakukan aktivitasnya sendiri tanpa bersusah payah menawarkan bantuannya yang sangat saya perlukan itu. 
Namun, setelah tahu prinsip komunikasi produktif, dan menyadari bahwa kami memiliki FoR (Frame of Reference: pandangan hidup sesorang yang didapat dari lingkungannya) dan FoE (Frame of Experience: pengalaman hidup yang membentuk karakter) yang berbeda-karena kita dibesarkan di keluarga yang jauh berbeda pula gaya hidupnya-maka semalam saya pun maklum dan mulai menerapkan komunikasi ptoduktif dengannya menggunakan kaidah Clear and Clarify.
Pertama-tama yang saya lakukan adalah memperpanjang nalar terlebih dahulu agar emosi stabil. Karena seperti materi bunsay yang saya baca beberapa hari lalu, Nalar pendek akan menghasilkan emosi tinggi, sementara Nalar panjang akan menstabilkan emosi.
Setelah saya bisa meredam emosi, maka saya melemparkan pertanyaan kepada suami; “Sayang, bisa minta tolong ga?” Jenis pertanyaan seperti ini rupanya berhasil membuat pasangan menghentikan aktivitasnya, dan menjawab pertanyaan saya dengan bertanya kembali (clarify) hal apa yang bisa dilakukannya untuk menolong saya.
Lalu, kemudian saya pun menyampaikan pesan secara jelas (clear) bahwa saya butuh bantuannya untuk turut serta merapikan piring-piring bersih dan baju-baju kering, dan tentu saja dengan senang hati dia melakukannya. 
Lalu saya menyadari, suami ternyata bukan tidak memiliki keinginan membantu, hanya saja dia memiliki FoR/FoE yang membuat dia harus mendapatkan informasi yang jelas terlebih dahulu untuk melakukan sesuatu. Padahal, ketika dia sudah paham akan kebutuhan sang istri, dia akan senang hati dan ikhlas membantu. Berarti, memang sudah seharusnya saya-sebagai lawan bicaranya-menggunakan kalimat-kalimat efektif. Tidak memakai kode-kode atau bahkan kontak batin untuk sekedar minta dibantu. Bagaimanapun juga, pasangan saya memang bukanlah ahli nujum, yang tahu keinginan istrinya berdasarkan pergerakan bulan dan bintang .
Di usia pernikahan kami yang baru saja memasuki tahun ke-3 ini, FoR/FoE saya dan dia memang masih terasa sekali perbedaannya, insyaallah dengan terus berlatih komunikasi produktif dan memerpanjang nalar maka suatu saat;
FoR /FoE ku dan FoR/FoE mu, akan perlahan-lahan (namun pasti) menjadiFoR/FoE kita
===============================
Untuk Yasmine, tadi pagi ketika saya sedang menyapu dan ingin dia untuk pindah tempat duduk, saya coba lagi berkomunikasi produktif memakai metode KISS. Alih-alih menyuruhnya langsung pindah, saya mencoba menyuruhnya untuk berdiri terlebih dahulu, lalu setelah dia berhasil melakukannya, saya tambahkan informasi untuknya agar dia pindah duduk di atas karpet. Alhamdulillah, cara ini tidak pernah mengecewakan. 
#level1
#day2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip