Monday, August 14, 2017

Family Project: Makin' Mochi

Fampro kami kemarin pagi bertema: Makin' Mochi. Yaa, kami bertiga bahu-membahu membuat mochi. Mochi ini makanan favorite saya dan suami, dulu saya pernah coba membuat namun gagal, oleh karena itu, saya ingin coba buat lagi dengan resep yang beda sekalian kegiatan ino dibuat jadi project keluarga yang menyenangkan.

Pembagian tugas kami dalam project kali ini adalah:
Ibu: kepala chef yg bertugas sebagai pencari resep, pembuat adonan, dan pengeksekusi adonan.
Ayah: asisten kepala chef tugasnya membeli bahan isian mochi, dan membantu kepala chef menyiapkan alat.
Yasmine: asistennya asisten chef, tugasnya menaburkan tepung ke mochi yang sudah jadi.

Awalnya kami berencana membuat mochi di pagi hari, tapi karena Yasmine bangun tidurnya agak siang karena kecapekan, dan isian untuk mochi belum dibeli, akhirnya diundur sedikit waktunya.

Kemudian, ayah yang juga rencananya mau beli isian mochi bersama Yasmine, akhirnya berangkat sendiri ke mini market.
Tidak lama kemudian, setelah ayah pulang dan Yasmine bangun tidur, saya pun mulai membuat adonan mochinya. Ternyata membuat mochi cukup mudah ya, karena tidak butuh mixer untuk mengaduknya, cukup pakai sendok pun bisa.
Sebenarnya saya agak was-was dan khawatir juga sih untuk membuat mochi lagi. Karena pengalaman dulu pernah gagal, karena dulu saya salah memahami resepnya. Tapi setelah dapat dorongan semangat dan moril untuk mencoba membuat mochi lagi, akhirnya saya beranikan diri.
Tidak lama adonan jadi dan setelahnya di kukus selama 20 menitan, akhirnya jadilah mochi yang belum diberi isian dan dibentuk. Karena sesuai kesepakatan, ayah dan Yasmine akan bantu memberi isian mochi dan menaburkan tepung sangrai ke mochi yang sudah dibentuk, maka saya pindah semua bahan mochi ke ruang duduk.

Bahan isian mochi sudah disiapkan ayah, ternyata ayah beli selai kacang, pasta coklat dan pasta keju. Kata ayah biar tidak terlalu ribet membuat isian kacang sendiri, maka lebih baik pakai selai.
Kemudian, mulailah kami bekerja sama. Saya yang memberi isian dan membentuk bulatan mochi, ayah dan Yasmine memberi tepung. Tapi sayang, Yasmine belum terlalu suka mochi, dia lebih suka memainkan adonan mochi dan tepung. Lalu, karena Yasmine memberi tepung terlalu banyak, hasilnya mochinya pun jadi terasa seperti tepung.
Tapi menurut ayah, mochi buatan kami enak sekali. Rasanya ga terlalu jauh dari mochi yang kita beli sewaktu main ke semarang bulan lalu. :D
Alhamdulillah, karena family project kemarin saya jadi semakin pede untuk mengeksekusi resep-resep kue lainnya. Walaupun dulu sempat gagal, bukan berarti menyerah untuk mencoba kembali.

“Failure is so important. We speak about success all the time. It is the ability to resist failure or use failure that often leads to greater success. I've met people who don't want to try for fear of failing.” - J.K. Rowling


#gamelevel3
#kulianbunsayiip
#familyproject
#tantangan10hari

Saturday, August 12, 2017

Family Project: Fun Coaching

Family project kami hari ini bertema Fun Coaching. Kemarin sebelum diputuskan kegiatan apa yang akan kita lakukan sabtu sore ini, saya dan suami membuka forum kecil-kecilan. Intinya, saya mengutarakan keinginan untuk mengajak Yasmine melihat dan ikut-ikutan kegiatan ayahnya saat melatih ekskul basket di sekolah.
Dan suami setuju sekali, karena memang sudah lama ingin ajak Yasmine latihan basket. Tapi, saya diharuskan untuk lebih ekstra menjaga dia agar tidak terlalu mengganggu.
Berarti di project kami kali ini pembagian tugasnya sebagai berikut:

Ayah: main coach (pelatih utama) dan penanggung jawab.

Yasmine: internship assistant coach tugasnya mengikuti semua gerak-gerik main coach. :D

Saya: koordinator dan pengawas yang tugasnya mengawasi setiap langkah si asisstant coach. Plus seks dokumentasi.

Kami berangkat dari rumah ke sekolah ayah sekitar pukul 3 sore. Sampai di sekolah, ayah pun sholat dulu sementara saya yang sedang berhalangan memilih untuk menunggu bersama para anggota team basket yang sudah bersiap-siap.
Yasmine tampak antusias sekali melihat lapangan dan team yang dilatih ayahnya. Alhamdulillah, dia memang anak yang selalu antusias tiap kami mengenalkan kegiatan baru.
Karena ayah masih sholat, akhirnya team pun melakukan pemanasan sendiri dengan berlari memutar lapangan. Yasmine saking antusiasnya ingin ikut lari, tapi akhirnya dia dibantu lari dengan cara digendong oleh kak Priyan salah satu anggota team cowok. :D
Selesai pemanasan, ayah pun masuk lapangan dengan membawa bola basket. Tingkat antusiasme Yasmine sudah jauh melebihi ambang batas normal :D bisa didengar melalui teriakannya yang terus menerus memanggil ayahnya sambil tertawa.

Selama kegiatan berlangsung sampai selesai, Alhamdulillah tidak ada halangan. Hanya kadang sesekali saya harus membawa Yasmine ke pinggir lapangan agar tidak terkena bola.
Yasmine juga pada akhirnya malah berlatih meniup pluit milik ayahnya. :D

Dari kegiatan family project hari ini, sebenarnya saya ingin mengamati apakah Yasmine memiliki kecerdasan kinetik seperti ayahnya. Karena selama ini dia cenderung sebagai anak visual seperti saya. Aktifitasnya di rumah pun lebih banyak seputar warna dan bentuk.
Saya senang karena kegiatan Fun Coaching ini, Yasmine banyak melihat dan mencoba hal baru. Karena di sekolah juga ada beberapa ekskul lainnya yang sedang berlatih, kami sempat melihat kakak-kakak yang menari dan pencak silat.

Tambahan:
Saya bersyukur dapat tugas family project ini, karena hari ini saya juga belajar banyak hal.., Saya jadi paham bagaimana pekerjaan suami, dan bagaimana capeknya badan setelah melatih team di lapangan outdoor seperti itu.
Selama ini saya sering lalai bersimpati dengan perasaannya selepas bekerja dari pagi sampai sore, dan merasa pekerjaan saya di rumah jauh lebih banyak. Maafkan saya ya pak suami.. :)

Ah, ternyata ini ya salah satu sisi positifnya membentuk family forum dan melaksanakan family project. Ternyata ada hikmah dibalik prosesnya.. :)

#gamelevel3
#familyproject
#kuliahbunsayiip
#tantangan10hari

Friday, August 11, 2017

Family Project: Safari Masjid

Yasmine beberapa hari ini sedang "klayu" sekali dengan ayahnya. Setiap pagi, kalau ayah hendak berangkat kerja, dia mulai nangis minta ikut. Butuh waktu agak lama juga untuk menenangkannya.
Kalau tiba waktu ayah pulang kerja, begitu dengar suara motor dan gerbang rumah dibuka, Yasmine pasti teriak-teriak senang.

Kemarin setelah ayah pulang sebelum waktu Ashar tiba, Yasmine minta diajak jalan2. Dia ambil jaket dan kerudungnya sendiri. Alhasil saya dan suami agak bingung juga, mau jalan kemana ya? karena belum masuk waktu Ashar juga. Agak "nanggung" waktunya.
Dan tak lama kemudian, adzan Ashar pun berkumandang, tiba-tiba si Ayah nyeletuk "yuk ke masjid alun-alun aja". Yaak! dan jadilah ini family project kita yang pertama: Safari Masjid.

Suami dan saya pun mulai berbagi tugas, karena Yasmine ini sangat suka meng-eksplore masjid manapun yang pernah disinggahinya, kami pun biasanya harus sholat bergantian untuk menjaga Yasmine.

Akhirnya di putuskan, ayah akan sholat terlebih dahulu, sementara saya menjaga yasmine sambil berkeliling sekitar masjid. Kemudian sebaliknya.

Jadi, pembagian tugasnya seperti ini:

Guide 1 merangkap seksi keamanan shift pertama: Ibu (saya)
Guide 2 merangkap seksi keamanan shift kedua: Ayah
Peserta safari yang teralu bersemangat: Yasmine

Jarak antara rumah dengan masjid alun-alun tidak begitu jauh. Kami pun naik motor: ayah yang mengendarai, karena saya tidak bisa. :D

Sesampainya di masjid, seperti biasa, Yasmine si peserta safari langsung berkeliling sambil berteriak gembira. Ya, masjid dan mushola memang selalu jadi tempat favoritenya, hehe, semoga selalu begitu ya sampai dia dewasa.

Karena masih banyak makmum masbuk yang sedang sholat, saya pun langsung mengamankan Yasmine dari keinginannya untuk mengeksplore area sholat pria di shaf2 terdepan.

Saya harus putar otak, sebagai guide 1, saya putuskan mengajak Yasmine untuk ikut melihat ruang wudhu wanita yang lumayan besar dan agak kering.

Dan ternyata Yasmine jauh lebih suka di area wudhu ini karena dia bisa buka-tutup keran air. Mungkin pikirnya, masjid+keran air=ultimate play ground. 😅

Saya jadi agak bingung juga melihat antusiasme peserta safari cilik ini yang agak sedikit berlebihan. Akhirnya saya pun menyuruhnya untuk ikut wudhu.

Begitu selesai wudhu, saya lihat ternyata Ayah masih sholat bersama para jamaah kloter ke2. Tidak mungkin kan, kalau kami berkeliling masjid karena pasti akan mengganggu. Akhirnya saya giring Yasmine ke area sholat wanita. Dan dia masih menunjukan antusiasme yang sama.

Saya segera putuskan untuk sedikit merubah acara, daripada menunggu ayah, saya beranikan saja mengajak Yasmine untuk sholat bersama. Strategi baru untuk buat dia "anteng" sholat bersama saya adalah dengan memakaikan mukena masjid, walaupun sangat kebesaran.

Alhamdulillah, ternyata benar, Yasmine khidmat mengikuti gerakan sholat saya sampai selesai.

Akhirnya, setelah selesai sholat kami pun keluar dari area wanita dan mendapati ayah sedang menunggu.

Yes, Family project "Safari Masjid" kami berjalan dengan cukup baik. :D
Semoga dengan project Safari Masjid ini, hati kami semakin terpaut dan cinta dengan rumah Allah ya. ❤

#gamelevel3
#familyproject
#kuliahbunsayiip
#tantangan10hari

Tuesday, August 1, 2017

Melatih kemandirian #10

Malam ini seperti basanya Yasmine ikut ayah ke musholla untuk sholat isya. Selepas sholat, dia mulai merengek karena ngantuk di pelukan saya. Kebetulan, saya pun baru selesai sholat Isya di rumah.
Saya lihat mainan puzzlenya Yasmine yang sering sekali dia mainkan masih berserakan di sekitar kasur. Saya yang sedang sibuk membereskan mukena pun meminta Yasmine untuk membereskan puzzlenya sendiri.

"Yasmine, sekarang beresin puzzlenya dulu ya sebelum bobo. Ibu beresin mukena dulu."

Dan.. Yaa.. Alhamdulillah, sekarang dia langsung beresin tanpa harus saya bantu terlebih dulu. :D

Semoga kalau beresin mainan lain pakai gerak cepat juga ya😂



Melatih kemandirian #9

Selain melatih Yasmine untuk merapikan mainannya sendiri, setiap harinya saya juga melatihnya untuk bisa melepas baju sendiri setiap waktu mandi.
Dulu, awal2 saya mulai melatihnya sekitar 3-4 bulan lalu, Yasmine pasti menangis atau kesal sendiri karena susah untuk melepasnya. Terutama saat melepas celana. Di selalu terlihat putus asa dan merengek minta bantuan.

Tapi sekarang, Yasmine sudah berubah loh  Mungkin karena latihan buka baju ini selalu saya terapkan dimanapun ya, entah di rumah saudara ataupun rumah sendiri, jadi dia mulai lancar membuka bajunya, dan saya hanya tinggal menginstruksikannya dari jauh.

Dan sekarang ini, walaupun terkadang celananya agak susah dilepas, dia ga gampang putus asa lagi. :D