Saturday, March 25, 2017

Practical life skill

Assalamualaikum,

Minggu lalu anak saya tepat menginjak umur 2 tahun. Diusianya ini saya memutuskan untuk fokus melatih practical life skill sehari-harinya. Practical life skill ini berupa:
  • Membuka baju sendiri
  • Memakai sandal sendiri
  • Membuka sandal/sepatu dan kaos kaki sendiri
  • Mengambil gelas berisi air minum sendiri di meja
  • Menaruh baju kotor di keranjang
  • Membuang sampah pada tempatnya

Skill harian tersebut saya sesuaikan dengan Checklist Indikator Perkembangan Anak usia 2-3 tahun yang bersumber dari Konsep Perkembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007. Dan diolah oleh http;//www.rumahinspirasi.com

Melatih practical life skill untuk anak usia dini itu bagi saya mudah, sedikit ribet, butuh kesabaran yang buanyak, dan susah kalau sudah “kepentok” mood anak.

Mudah karena skill ini adalah kegiatan sehari-hari yang kuncinya hanya satu, yaitu rutin. Kalau kita ingin anak mampu  menguasai skill dengan cukup baik di usianya, maka rutinkan setiap hari.  Saya selalu menyemangati diri sendiri agar tidak cepat bosan dan tidak mengambil jalan pintas supaya cepat selesai dengan membantu anak sepenuhnya. Biarkan anak menemukan sendiri caranya, hanya tawarkan bantuan ketika dia terlihat sangat kesusahan untuk “menyelesaikan tugasnya”.

Sedikit ribet, karena untuk beberapa skill dibutuhkan persiapan khusus. Baik secara material maupun mental. Seperti mengambil gelas minum sendiri, saya selalu menyiapkan air minumnya didalam gelas plastik agar tidak ada resiko gelas pecah. Selain itu, saya pasti akan menyingkirkan gelas kaca lain agar tidak ada yang berada dalam jangkauannya. Untuk persiapan mental, saya harus selalu meyakinkan orang disekitar-berhubung masih tinggal bersama mertua-agar selalu memberikan kesempatan pada anak melakukannya sendiri. Karena bagaimanapun nenek dan kakek cenderung suka memanjakan cucunya.

Butuh kesabaran banyak, karena bagaimanapun semua orangtua pasti tahu bagaimana rasanya menghadapi anak usia dini. Setiap hari setiap bangun tidur, sebelum memulai aktivitas dengan anak jangan lupa stok kesabaran yang banyak ya. :D


Dan terakhir, ketika sudah “kepentok mood anak” saya selalu berusaha untuk tetap tenang. Ada kalanya anak benar-benar muncul rasa malasnya, dan tidak mau melakukan apa-apa sendiri bahkan untuk minum saja harus dipegangin. Kalau sudah begini, biasanya saya cari cara untuk mengembalikan moodnya jadi lebih semangat. Entah diajak main air, karena dia selalu semangat kalau main air, nyanyi dan joget bersama-sama, atau memberikan snack yang dia suka.

Dalam berkomunikasi dengan anak, saya berusaha senatural dan selembut mungkin berbicara dengannya dengan memakai bahasa mengajak bukan menyuruh.

Sejauh ini, perkembangan practical life skill anak saya Alhamdulillah cukup bagus. Sudah ada beberapa skill harian yang dia mampu mengerjakannya dengan sekali ajakan. Saya tidak berusaha agar dia sempurna, mampu saja sudah cukup. Goal terakhir dari practical life skill ini bagi saya adalah ketika dia mengerti tentang rutinitas harian, dan agar anak percaya diri bahwa dia mampu melakukan suatu pekerjaan dengan tangan dan kakinya sendiri sehingga kelak dia bisa membantu adik/ saudaranya yang lain.








Wednesday, March 22, 2017

Main Air

Assalamualaikum,

Halo semua,

Tampaknya semua anak kecil sangat suka bermain air, tidak hanya anak saya saja. Bayangkan, bagaimana mereka tidak cinta air kalau dalam masa penciptaannya saja mereka berada didalam cairan? :D

Karena sangat suka main air, sering sekali saya mengajaknya untuk bermain tuang air dari satu tempat ke tempat lainnya. contoh: air dalam botol dituang kedalam gelas kosong dan sebaliknya.
Permainan ini mampu membuatnya focus dalam waktu yang cukup lama. Hanya berhenti kalau saya cukupkan.

Tahukah bahwa bermain menuang air dapat melatih practical life skillnya? dan ternyata permainan ini juga melatih koordinasi tangan dan matanya. Nanti lama-kelamaan anak akan percaya diri menuang air minumnya sendiri dari teko ke gelas.

Begitupula anak saya, ayahnya pernah mendapati dia menuang air teh dari gelas besar ke gelasnya sendiri tanpa tumpah. Alhamdulillah.

Oleh karena itu, yuk ajak anak main air. J Jangan takut basah dan becek, karena semuanya bisa di-lap dan di-pel.

Salam,


Fauzia.

Tuang air

Monday, March 20, 2017

Bersepeda Sambil Belajar

Assalamualaikum,

Halo semua.

Saya senang sekali bersepeda, karena sepeda adalah satu- satunya kendaraan yang mampu saya kendarai. :)

Saat ini saya memiliki jadwal bersepeda dengan anak di pagi dan sore hari, dan saya rutinkan jadwal tersebut kecuali jika ada kendala lainnya.

Jika inti dari parenting itu adalah membuat kenangan, maka saya juga ingin sekali melukiskan memori yang baik di otak anak dengan kegiatan bersepeda ini.

Bersepeda adalah salah satu bentuk aktivitas belajar untuk anak saya, walaupun dia masih kecil saya selalu yakin apapun yang ditangkap oleh inderanya selama kegiatan ini berlangsung akan membekas di otaknya.

Bagaimana caranya belajar sambil bersepeda ala saya?


  • Sebelum memulai petualangan, (ini yang selalu saya katakan kepada anak; “yuk kita berpetualang, dek”) saya akan mulai dengan mempersiapkan kebutuhan kami masing-masing. Mulai dari pakaian dan sepatu. Saya membantunya untuk menemukan dimana pakaiannya disimpan, dan menunggunya untuk memakai sepatunya sendiri. Terkadang muncul sifat tidak sabarnya karena telapak kakinya tidak bisa masuk ke sepatu. Jika sudah sampai tahap itu biasanya saya terus menyemangatinya atau membantunya sedikit sambil berkata “butuh bantuan ibu? Sini ibu bantu ya sedikit.”

  •  Setelah siap semuanya, maka saya akan mulai mengajaknya untuk melafalkan bacaan doa sebelum keluar rumah. Ini bagian dari pembelajaran tentang keTauhidan. Menggantungkan diri hanya kepada Allah Azza Wa jalla. Karena kita tidak pernah tahu apa yang akan kita temui dijalan.

  • Selama kami bersepeda, setiap kali melihat hewan maka saya akan mengajaknya mengobrol dengan pertanyaan-pertanyaan 5W+1H. dengan ini, dia akan terbiasa dengan pertanyaan, terampil untuk menggunakan kalimat Tanya, dan melatih anak untuk berpikir skeptik.

  • Sebagai fasilitatornya, saya kemudian mengajaknya untuk singgah ke tempat-tempat diamana dia bisa belajar banyak dari lingkungan sekitar. Entah itu lapangan rumput, tempat duduk di alun-alun kabupaten, masjid, atau bahkan perpustakaan daerah. Ini dimaksudkan untuk membiasakan dirinya berada di area publik sehingga tidak canggung membawa dirinya sendiri kelak. Disetiap tempat yang kami kunjungi pun biasanya saya mengajarinya untuk bersikap. Bagaimana adab ketika di masjid, bagaimana sikap ketika di perpustakaan umum, dsb. Walaupun masih banyak yang dia langgar juga :D. Anak saya sangat suka ke masjid, tapi dia selalu saja berlarian kesana kemari. Ini salah satu PR saya sebagai orangtuanya menanamkan pengertian tentang apa aturan-aturan di suatu tempat, bukan sekedar melarangnya ke masjid lagi. Jadi, biasanya saya akan membuat perjanjian kepada diri saya sendiri, jika anak sudah mulai berteriak-teriak di masjid maka saya akan mengajaknya pulang.


Dengan belajar sambil bersepeda saya mengharapkan dia akan lebih mengenal dan aware akan lingkungan tempat tinggalnya, karena jika dia sudah mengenal maka pasti akan timbul rasa sayang dan cinta sehingga dia kelak akan menjadi warga yang baik yang turut serta merawat dan menjaga lingkungan.

Kegiatan bersama anak dengan bersepeda, saya lakukan setiap hari. Metode belajar dengan membersamai anak dengan jalan-jalan seperti ini bisa dilakukan dengan cara apa saja; entah bersepeda atau berjalan kaki tau bahkan mengendarai kendaraan lainnya. Tergantung dengan keadaan lingkungan kita masing-masing. Make the most of your environment. Apabila kita tinggal di pegunungan, ajak anak trekking atau hiking,jika kita tinggal di pantai maka ajak mereka kesana. Tidak perlu jauh, yang paling penting adalah kebersamaannya.


Yang harus dipahami oleh kita sebagai fasilitator; bahwa menuntut ilmu bisa dimana saja dan kapan saja. Buat kegiatan yang menyenangkan setiap hari dengan anak, tumbuhkan semangat belajar mereka siapa tahu dengan kegiatan sehari-hari seperti ini kita bisa menemukan apa passion dan hobi anak-anak kita. Kita juga bisa menemukan apa jenis kecerdasan dasar anak yang akan memudahkannya kelak meraih cita-citanya.

Salam,

Fauzia

Saturday, March 18, 2017

Kenapa memakai metode Montessori?

Assalamualaikum,

Halo semuanya.

Teman-teman yang mem-follow akun-akun media sosial saya pasti sering sekali melihat postingan kegiatan anak dengan menggunakan hastag #montessori atau #montessoriactivity, atau sekedar re-sharing dari beberapa akun yang berhubungan dengan Montessori.

Sebenarnya, apa sih Montessori itu?

Montessori secara garis besar, berdasarkan apa yang telah saya pelajari dan praktekan kepada anak, adalah aktivitas mendidik yang berfokus kepada kebutuhan anak itu sendiri. Kebutuhan macam apa? Kebutuhan dasar layaknya manusia normal lainnya.

Sering sekali saya menjumpai orangtua-orangtua yang lebih senang berkata “jangan” kepada anak dan cucunya. Ketika sang anak yang berumur sekitar 18 bulan-5 tahun melakukan kegiatan yang menurut mereka “belum waktunya” seperti menuang air dari teko, membereskan mainan, memasak, atau bahkan menyapu, orangtua memutuskan untuk membantunya langsung dengan mengambil sapunya misal atau bahkan melarangnya.

Pertanyaannya adalah; kenapa sih harus dilarang?

Padahal semua kegiatan tersebut adalah kebutuhan manusia, bukan?

Apakah anak kita bukan manusia? Kenapa banyak orangtua tidak memutuskan untuk memberi contoh, berdiri di hadapannya dan menuntunnya untuk mengerjakan semuanya dengan lebih baik?

Kalau jawabannya adalah, agar rumah tidak berantakan atau kotor, jelas ini sangat mengusik saya. Apa untungnya punya rumah bersih, tetapi anak tidak paham tentang kebutuhan akan kebersihan itu sendiri?
Bukankah dengan kegiatan menyapu yang anak lakukan dengan terbata-bata, walaupun kotorannya berserakan, lebih bermakna dibandingkan dengan lantai yang sudah bersih tetapi dia tidak tahu bagaimana cara membersihkannya?

Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, saya mencari tahu dan menggali lagi lebih dalam ilmu Montessori.

Metode Montessori dimulai oleh Dr. Maria Montessori sekitar awal abad ke 20 untuk mengajari anak-anak berkebutuhan khusus dan miskin di kota Roma. Oleh karena itu, salah sekali kalau kita beranggapan Montessori itu adalah metode “mahal” untuk anak.

Mungkin banyak dari kita melihat postingan tentang “mainan berbasis Montessori” yang lucu dan terkesan mahal karena menggunakan kayu yang bagus. Padahal, intinya tidak seperti itu. Aktivitas anak dengan menggunakan metode ini bisa menggunakan bahan apapun bahkan bahan bekas. Ini adalah sebuah metode mendidik anak yang sangat memanusiakan manusia dari segi apapun.

Kalau kalian ingin lebih mengenal apa itu Montessori, ini adalah adalah web yang menjadi acuan saya untuk memahami lebih dalam dan menambah pengetahuan tentang metode ini: