Wednesday, June 7, 2017

Choose the Right Time

Siang hari ini tiba-tiba saya agak kurang enak badan. Rasanya punggung berat, mungkin masuk angin.
Kalau begini, pengen banget tiduran dan dipijetin suami, tapi begitu lihat dia kecapekan habis pulang kerja rasanya kok ga tega juga ya..
Akhirnya, saya tahan-tahan juga rasa pegelnya. Sambil sedikit-sedikit kasih kode ke suami dengan omongan; "aduh kok berat banget ya punggungnya."
Dan seperti yang sudah diduga, dia tetep aja cuek.
Yah sudahlah, selain waktunya yang kurang tepat, tampaknya saya juga tidak jelas memberitahu maksud dari kode rahasia tersebut adalah bahwa saya minta dipijetin.
Akhirnya, saya pun kembali mengutarakan keinginan ketika waktunya sudah tepat; yaitu setelah berbuka puasa. Ketika dia sudah melaksanakan kewajiban ibadah dan terlihat lebih fresh dan santai; bahwa saya ingin sekali loh dipijetin plus dikerokin, karena masuk angin.
Dan, seperti biasanya, dia pun akhirnya dengan senang hati membantu saya.
Ternyata benar ya, ketika kita ingin menyampaikan sesuatu, pilihlah waktu yang tepat. Choose the right time.
Bayangkan kalo saya tiba-tiba merajuk minta pijet saat dia sedang capek2nya baru pulang kerja ditambah kondisinya yang lemas karena berpuasa. Bisa saja saya mengacaukan moodnya. Walaupun suami tetap akan membantu saya, tapi siang tadi bukanlah waktu yang tepat.
Bagi saya hari ini, indikator choose the right time sama saja dengan menekan ego sendiri. Menekan keinginan untuk diperhatikan terlebih dahulu oleh pasangan, padahal saya sendiri kurang memperhatikannya.
Walaupun saya kurang enak badan, saya harus sedikit bersabar, toh saya pun tidak berpuasa hari ini. Bandingkan dengan kondisi pasangan yang lebih lelah walaupun lebih sehat.
Dan hari ini, saya pun jadi belajar untuk mengendalikan ego.
#level1
#day7
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip